Banyak
sebagian orang beranggapan bahwa anak yang berkebutuhan khusus hanya dapat
sekolah di sekolah luar biasa saja. Mereka yang berkebutuhan khusus dianggap
tidak layak untuk bersekolah di sekolah umum karena adanya keterbatasan yang
dapat mengganggu proses belajar-mengajar. Padahal sebenarnya, jika bersekolah
di sekolah umum dan bergabung dengan anak-anak normal lainnya, diharapkan anak
yang berkebutuhan khusus menjadi termotivasi untuk menjadi lebih baik. Menurut
Delisma Ade Sembiring, M.Pd. dalam penelitian yang dilakukannya tahun 2007-2009
di Rainbow Learning Center (Yayasan Anak Terang), Tangerang, pada anak yang
berkebutuhan khusus (dalam hal ini anak dengan Cerebral Palsy) yang masuk ke
sekolah umum (inklusi) menunjukkan progres yang positif dalam
segala aspek akademiknya termasuk di dalamnya motorik halus dalam menulis yang
dahulu terlihat tidak terkontrol, berantakan, dapat menunjukkan peningkatan yang
signifikan, yaitu tulisan menjadi rapih dalam garis, lebih kecil dibanding
awal. Perkembangan bahasa berkembang dengan baik, sudah dapat memimpin doa,
bercerita di depan kelas, mengajak interaksi teman dan guru, dan memberikan respons yang sesuai dengan
tingkat usianya.
Sekolah inklusi, selain
baik untuk anak berkebutuhan khusus, ternyata juga dapat memberikan dampak
positif untuk lingkungan sekitarnya. Teman di kelas tersebut dapat menerima
keberadaan anak dengan kebutuhan khusus secara positif, mereka bersimpati dan
berempati dengan mau membantu beberapa aktivitas yang tidak dapat dilakukan
oleh anak berkebutuhan khusus tersebut, seperti bersedia menolong membawakan
tasnya, mengambil bukunya, atau alat tulisnya. Guru pun lebih dapat
menguasai kelas dengan menangani murid-murid yang berbeda kebutuhan. Melalui
wawancara dengan anak berkebutuhan khusus, ia mengakui lebih senang berada di
sekolah inklusi dibandingkan kelas privat dengan satu guru saja (SLB). Ia pun
terlihat semangat untuk sekolah dan antusias untuk belajar.
Jadi jelas, program inklusi sangat positif terhadap murid dengan kebutuhan
khusus, murid-murid lainnya dan guru di kelas.
(amel/tcap/V/2016)