Orang tua mana pun saat menyaksikan anaknya mengikuti pertandingan olahraga
tentu ingin sang buah hati terus-menerus menang. Padahal anak juga perlu
sesekali merasakan kalah, lho.
Tak sepenuhnya lantas orang tua harus disalahkan jika ingin anaknya menjadi juara. Sebab pada dasarnya orang tua memang didesain ingin anak-anaknya berhasil. Padahal, kegagalan tak selalu memiliki arti buruk. Merasa gagal bisa melatih anak untuk terus berkompetisi.
"Kelincahan dan ketangkasan adalah arti dari kata 'pintar' yang baru," ungkap Annmarie Neal, psikolog sekaligus penulis 'Leading from the Edge: Global Executives Share Strategies for Success', seperti dikutip dari CNN, Minggu (6/7/2014).
Neal mengungkapkan bahwa dalam perkembangan kehidupan saat ini, rahasia sukses anak ke depannya adalah jika ia dibesarkan dalam lingkungan yang mendorong mereka untuk untuk menguji batas dan terlibat dengan segala hal di sekitarnya, termasuk untuk gagal.
"Ketika anak-anak tidak belajar bagaimana rasanya gagal, maka tercipta energi neurotik yang disebut perfeksionisme. Mereka terjebak dalam lingkaran sempurna dan kehilangan kesempatan untuk belajar dari pengalaman," pungkas ibu dari seorang anak berusia 11 tahun ini.
Disampaikan juga oleh salah seorang pengusaha sekaligus pendiri AppFirst, bahwa anak-anak perlu mempelajari bagaimana cara mengatasi stres.
"Dari segi pekerjaan kami tentu ingin memiliki generasi penerus yang tangguh dan terampil secara mental. Semakin Anda pernah jatuh dari kegagalan dan bangkit kembali, maka semakin Anda kuat bertahan di masa depan," pesannya.
Oleh sebab itu, jangan lantas menyudutkan anak jika ia kalah dalam suatu kompetisi atau gagal jadi juara kelas, ingatkan ia akan pentingnya bangkit kembali dan kembali meraih impian.
(ajg/up) detikhelth/TCAP/10
Tak sepenuhnya lantas orang tua harus disalahkan jika ingin anaknya menjadi juara. Sebab pada dasarnya orang tua memang didesain ingin anak-anaknya berhasil. Padahal, kegagalan tak selalu memiliki arti buruk. Merasa gagal bisa melatih anak untuk terus berkompetisi.
"Kelincahan dan ketangkasan adalah arti dari kata 'pintar' yang baru," ungkap Annmarie Neal, psikolog sekaligus penulis 'Leading from the Edge: Global Executives Share Strategies for Success', seperti dikutip dari CNN, Minggu (6/7/2014).
Neal mengungkapkan bahwa dalam perkembangan kehidupan saat ini, rahasia sukses anak ke depannya adalah jika ia dibesarkan dalam lingkungan yang mendorong mereka untuk untuk menguji batas dan terlibat dengan segala hal di sekitarnya, termasuk untuk gagal.
"Ketika anak-anak tidak belajar bagaimana rasanya gagal, maka tercipta energi neurotik yang disebut perfeksionisme. Mereka terjebak dalam lingkaran sempurna dan kehilangan kesempatan untuk belajar dari pengalaman," pungkas ibu dari seorang anak berusia 11 tahun ini.
Disampaikan juga oleh salah seorang pengusaha sekaligus pendiri AppFirst, bahwa anak-anak perlu mempelajari bagaimana cara mengatasi stres.
"Dari segi pekerjaan kami tentu ingin memiliki generasi penerus yang tangguh dan terampil secara mental. Semakin Anda pernah jatuh dari kegagalan dan bangkit kembali, maka semakin Anda kuat bertahan di masa depan," pesannya.
Oleh sebab itu, jangan lantas menyudutkan anak jika ia kalah dalam suatu kompetisi atau gagal jadi juara kelas, ingatkan ia akan pentingnya bangkit kembali dan kembali meraih impian.
(ajg/up) detikhelth/TCAP/10