JENIS TERAPI DAN PENGERTIANNYA
1.
Okupasi
terapi
Okupasi
Terapi adalah terapi untuk membantu seseorang menguasai keterampilan motorik
halus dengan lebih baik. Keterampilan motorik halus adalah kemampuan seseorang
untuk melakukan sesuatu dengan otot-otot kecil yang ada di dalam tangan. Okupasi Terapis adalah orang yang
telah menyelesaikan pendidikan professional Okupasi Terapi (Diploma III – Ahli Madya OT) dan
mempunyai wewenang menjalankan praktek profesi sesuai peraturan yang berlaku.
Contoh
kemampuan motorik halus :
·
menulis
dan menggambar
·
mewarnai
·
menggunting
dan menempel
·
mengancing
baju
·
mengikat
tali sepatu
·
melipat
·
dll
Siapa
yang membutuhkan terapi okupasi?
·
anak-anak
yang mengalami keterlambatan keterampilan motorik halus. Ini merupakan salah
satu hambatan tumbuh kembang yang bisa dialami anak secara umum.
·
anak-anak
dengan hambatan tumbuh kembang khusus (autisma, down syndrome, cerebral palsy)
·
pasien
stroke terkadang kehilangan kemampuan motorik halus, dan terapi okupasi bisa
membantu pasien melatih tangannya lagi
2.
Terapi wicara (speech therapy)
Terapi
wicara adalah terapi untuk membantu seseorang menguasai komunikasi bicara
dengan lebih baik. Terapis Wicara adalah orang yang telah menyelesaikan pendidikan
professional Terapi Wicara (Diploma III –
Ahli Madya TW) dan mempunyai wewenang menjalankan praktek profesi sesuai
peraturan yang berlaku.
Terapi
ini biasa diberikan kepada:
·
anak-anak
yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay). Ini merupakan salah satu
hambatan tumbuh kembang yang paling umum dialami anak, di mana seorang anak
masih belum mencapai kemampuan bicara yang semestinya sudah dikuasai pada usia
tertentu. Tentu sebab dari keadaan ini bisa bermacam-macam, dan harus melalui
proses 'screening' untuk bisa mengevaluasi sebab dan solusinya.
·
anak-anak
dan orang dewasa yang baru selesai menjalani operasi celah bibir (cleft
lip/sumbing) dan celah langit-langit (cleft palate). Dengan perubahan anatomi
sistem bicara, pasien post operasi celah bibir dan langit-langit sangat penting
untuk menjalani terapi wicara untuk mendapatkan hasil yang optimal dari operasi
tersebut.
·
anak-anak
dengan hambatan tumbuh kembang khusus (autisma, down syndrome, tuna rungu,
cerebral palsy)
·
anak-anak/orang
dewasa yang mengalami gangguan bicara lainnya : gagap (stuttering), cadel, dll.
·
pasien
stroke terkadang kehilangan kemampuan bicara, dan terapi wicara bisa membantu
pasien melatih kemampuan bicaranya lagi
3. Terapi
Sensori Integrasi
Terapi Sensori Integrasi adalah terapi yang
diberikan kepada anak yang mengalami disfungsi SI. Disfungsi SI
menunjukkan ketidakmampuan tubuh untuk menangkap dan menggunakan informasi yang
diterima oleh panca indera secara benar. Anak dengan disfungsi SI mempunyai
kesulitan mengolah infomasi yang diterima panca inderanya untuk melaksanakan
tugas sehari-hari, misalnya memakai baju, makan, atau bermain. Mereka juga
mungkin bisa mengalami kesulitan dalam beberapa aktivitas dan situasi social. Proses
terapi untuk Disfungsi SI dilakukan oleh Okupasi Terapis (OT) atau Fisioterapi
(FT) yang mempunyai spesialisasi di bidang SI.
Ciri-ciri umum Disfungsi SI meliputi :
1. Terlalu responsif atau terlalu
tidak responsif terhadap rangsangan indera (misalnya, tidak bisa mentolerir
adanya tag (lembaran tanda merk) pada baju, atau mempunyai ambang batas rasa
sakit yang tidak biasa)
2. Tingkat aktivitas yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah (lebih dari biasa)
3. Bergerak terus-menerus atau
terlalu cepat merasa capek
4. Kesulitan dengan gerakan otot
yang memerlukan ketelitian (menggunting dengan gunting) dan/atau gerakan otot
yang memerlukan rencana (melempar bola)
5. Masalah mengendalikan diri
(misalnya kesulitan menenangkan diri setelah melakukan suatu aktivitas)
6. Kesulitan mengubah
aktivitas-aktivitas
7. Koordinasi mata-tangan kurang
Bagaimana SI berpengaruh terhadap
Terapi Wicara dan Bahasa?
Masalah bicara dan bahasa sering muncul pada anak
dengan Disfungsi SI. Terapis Wicara (TW) memegang peranan penting pada terapi.
Terapis Wicara sering memadukan aktivitas sensori ke dalam terapi untuk
merangsang produksi bahasa pada anak. Aktivitas seperti meniup peluit, berayun,
dan meloncat-loncat dengan bola therapeutic memacu produksi bahasa secara
spontan. Terapis Wicara dan Okupasi Terapis bekerja bersama untuk memutuskan
pendekatan terapi yang paling sesuai bagi anak dengan Disfungsi SI.
4. Fisioterapi
Fisio terapi
adalah terapi yang dilakukan untuk membantu anak mengembangkan kemampuan
motorik kasar (gross motor skill). Kemampuan motorik kasar meliputi otot-otot
besar pada seluruh tubuh yang memungkinkan tubuh melakukan fungsi berjalan,
melompat, jongkok, lari, menendang, duduk tegak, mengangkat, dan melempar bola.
Fisioterapis adalah orang yang telah menyelesaikan pendidikan professional
Fisioterapi (Diploma III / IV – Ahli
Madya FT / Sst. FT) dan mempunyai wewenang menjalankan praktek profesi
sesuai peraturan yang berlaku.
Kemampuan
motorik kasar sangat penting karena membuat tubuh bisa melakukan aktivitasnya,
menjaga keseimbangan, koordinasi, dan lain-lain. Kemampuan motorik kasar juga
sangat berhubungan dengan fungsi fisik lainnya. Contohnya, kemampuan anak untuk
menopang tubuh bagian atasnya akan berpengaruh pada kemampuannya menulis
(motorik halus, fine motor skill).
5. Orthopedagog
Orthopedagog
adalah terapi untuk mengatasi kesulitan belajar khusus pada anak.
Kesulitan-kesulitan ini umum terjadi pada anak-anak usia sekolah dan bisa
dideteksi oleh orang tua atau guru, ketika anak menunjukkan beberapa gejala
tertentu.Terapis Orthopedagog adalah orang yang telah menyelesaikan pendidikan
professional Pendidikan Luar Biasa (Sarjana
pendidikan) dan mempunyai wewenang
menjalankan praktek profesi sesuai peraturan yang berlaku.
Semua
kesulitan belajar khusus ini bisa terjadi apa setiap anak, tidak tergantung
pada kondisi fisik maupun intelektual (IQ). Sebab terjadinya kesulitan belajar
ini bisa bermacam-macam, termasuk koordinasi pada otak, saraf, motorik halus,
dll.
6. Behavior Therapy (Terapi Perilaku)
Terapi
perilaku dilakukan oleh seorang Behavior Therapist. Biasanya terapi perilaku
ini akan disarankan oleh dokter/psikolog Anda jika anak dievaluasi mengalami
ADD (Attention Defisit Disorder) atau ADHD (Attention Defisit Hyperactivity
Disorder).
ADD/ADHD
adalah suatu kondisi pada otak secara biologik, yang menyebabkan seseorang
tidak bisa memperhatikan/berkonsentrasi, gampang berpindah perhatian, atau
mempunyai perilaku yang impulsif/hiperaktif. Ini juga termasuk salah satu dari
hambatan tumbuh kembang anak yang paling umum. Gejala ini bisa berlanjut hingga
remaja dan dewasa. Jika tidak diterapi, ADHD bisa menyebabkan performa
sekolah/kerja yang jelek, relasi sosial yang jelek, dan rasa rendah diri pada
umumnya.
Ada
banyak metode terapi yang bisa diterapkan dan keefektifannya berbeda untuk tiap
anak/orang. Terapi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, lingkungan
keluarga, medik, dan latar belakang anak). Konseling, pendidikan, dan terapi
perilaku digabungkan dengan perawatan medik bisa menghasilkan hasil yang baik.
DETEKSI DINI AUTISME
Anak-anak
penyandang spektrum autisme biasanya memperlihatkan setidaknya setengah dari
daftar tanda-tanda yang disebutkan di bawah ini. Gejala-gejala autisme dapat
berkisar dari ringan hingga berat dan intensitasnya berbeda antara
masing-masing individu.
Hubungi
profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami bidang autisme,
jika anda mencurigai anak anda memperlihatkan setidaknya separuh dari
gejala-gejala ini :
Sulit
bersosialisasi dengan anak-anak lainnya
|
|
Tertawa
atau tergelak tidak pada tempatnya
|
|
Tidak
pernah atau jarang sekali kontak mata
|
|
Tidak
peka terhadap rasa sakit
|
|
Lebih
suka menyendiri; sifatnya agak menjauhkan diri.
|
|
Suka
benda-benda yang berputar / memutarkan benda
|
|
Ketertarikan
pada satu benda secara berlebihan
|
|
Hiperaktif/melakukan
kegiatan fisik secara berlebihan atau
malah tidak melakukan apapun (terlalu pendiam) |
|
Kesulitan
dalam mengutarakan kebutuhannya; suka
menggunakan isyarat atau menunjuk dengan tangan daripada kata-kata |
|
Menuntut
hal yang sama; menentang perubahan atas hal-hal yang
bersifat rutin |
|
Tidak
peduli bahaya
|
|
Menekuni
permainan dengan cara aneh dalam waktu lama
|
|
Echolalia
(mengulangi kata atau kalimat, tidak berbahasa biasa)
|
|
Tidak
suka dipeluk (disayang) atau menyayangi
|
|
Tidak
tanggap terhadap isyarat kata-kata; bersikap seperti orang tuli
|
|
Tidak
berminat terhadap metode pengajaran yang biasa
|
|
Tentrums
– suka mengamuk/memperlihatkan kesedihan tanpa alasan yang jelas
|
|
Kecakapan
motorik kasar/motorik halus yang seimbang (seperti tidak mau menendang bola
namun dapat menumpuk balok-balok)
|
|
Catatan : Daftar di atas bukan pengganti diagnosa. Hubungi profesional yang ahli untuk memperoleh diagnosa lengkap